Minggu, 19 Mei 2013

Keilmuan Islam Multidisipliner



MEMBANGUN KEILMUAN ISLAM MULTIDISIPLINER[1]
Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.[2]


Pendahuluan
Jika kita akan membangun keilmuan Islam di perguruan tinggi, maka yang mesti dicermati terlebih dahulu adalah apakah yang sesungguhnya akan kita capai dalam rangka membangun institusi pendidikan tinggi ini. Pertanyaan ini penting mengingat bahwa jika kita tidak memiliki visi dan misi pengembangan keilmuan yang akan dijadikan sebagai rujukan akhir, maka yang kita lakukan bisa sia-sia. Ibaratnya sebuah perjalanan tanpa arah atau perahu tanpa kemudi. Maka, menentukan visi pendidikan tinggi Islam menjadi mutlak diperlukan.
IAIN Sunan Ampel telah menentukan visi dan misinya sebagaimana di dalam rumusan statuta ialah sebagai institusi yang diharapkan menjadi pusat pengembangan ilmu keislaman multidisipliner. Dari visi ini kemudian dibreakdown dalam beberapa misi, yaitu sebagai pusat pengembangan ilmu keislaman multidisipliner, sebagai pusat penelitian ilmu keislaman multidisipliner dan sebagai pusat pengembangan masyarakat yang islami, cerdas dan kompetitif.
Menilik terhadap visi dan misi IAIN Sunan Ampel, maka pantaslah kalau seluruh civitas akademika IAIN Sunan Ampel akan terus berjuang untuk mewujudkan cita-cita sebagai pusat pengembangan keilmuan keislaman multidisipliner yang menjadi tujuan tersebut. Di dalam hal ini maka sudah selayaknya jika segenap kemampuan, keahlian, tenaga dan pikiran diarahkan untuk mencapai tujuan tanpa akhir bagi terwujudnya gagasan besar dalam pengembangan keilmuan. Memang harus terdapat varian-varian dalam pengembangan keilmuan dimaksud.
Masing-masing institusi pendidikan tinggi Islam boleh menyebut pola pengembangan yang bervariasi, misalnya UIN Sunan Kalijaga yang mengembangkan konsep pendekatan interdisipliner melalui interkoneksi dan interrelasi. Kemudian UIN Syekh Maulana Malik Ibrahim Malang dengan pendekatan interdisipliner melalui konsep pohon ilmu,[3] [2] demikian pula UIN Alauddin Makasar dengan pendekatan interdisipliner melalui konsep sinergi keilmuan[4] dan UIN Syarif Hidayatullah mengembangkan integrasi ilmu.[5]
Meskipun konsep atau labelnya bervariasi, akan tetapi sesungguhnya ada muatan atau core yang sama dalam memandang relasi antara ilmu alam, ilmu sosial dan culture/humanities, yaitu keinginan untuk membangun kesalingmenyapaan antara ketiga bidang ilmu tersebut melalui proses sinergi, interkoneksi atau interelasi. Apapun konsep atau labeling yang digunakan namun sesungguhnya ada kerinduan akan terwujudnya disiplin keilmuan yag nantinya akan saling menyapa dan mendekati, sehingga klaim tentang keterpilahan secara tegas antara ilmu agama dan umum atau antara ketiga pembidangan tersebut bukan barang mustahil sekarang dan lebih-lebih di masa yang akan datang.

Pembidangan Ilmu: kerja besar yang belum tuntas
Usaha untuk melakukan  pembidangan ilmu-ilmu keislaman telah terjadi dalam rentang waktu yang panjang. Semenjak LIPI melakukan pembidangan ilmu-ilmu Keislaman, maka usaha untuk melakukan pembidangan ilmu telah dilakukan berulang kali. Namun demikian, hingga sekarang pembidangan itu belumlah tuntas. Makanya, diperlukan forum yang representatif untuk membahas pembidangan ilmu dimaksud dengan harapan akan bisa diperoleh pembidangan yang memiliki basis dasar yang kuat, sehingga eksistensi pembidangan itu akan memiliki pengakuan dari kaum akademis dan intelektual.
Kebutuhan melakukan pembidangan ilmu tentunya terkait dengan fungsi pembidangan keilmuan tersebut bagi para dosen atau akademisi yang akan mengembangkan tugas pengembangan keilmuan di masa depan. Melalui pembidangan dimaksudkan akan diletakkan konsepsi dasar tentang ilmu-ilmu yang harus dan akan dikembangkan oleh institusi pendidikan tinggi Islam dan akademisinya ke depan.
Ada berbagai dasar dan ragam pembidangan ilmu pengetahuan yang dijadikan sebagai patokan untuk menentukan bidang ilmu, disiplin dan sub disiplinnya. Pembagian itu antara lain adalah;
Pertama,  dari aspek fungsi ilmu, misalnya apakah ilmu teoretis atau praktis, ilmu murni atau terapan. Pembagian ilmu berdasarkan fungsi itu mengandung kelemahan dan menyulitkan karena basis fungsi tersebut terkadang bercorak dualisitik, artinya di satu sisi mengandung ilmu-ilmu teoretik di sisi lain memiliki basis praktis. Bisa jadi akan terjadi tumpang tindih mengenai hal ini.
Kedua, pembidangan ilmu berdasarkan sasaran kajian (obyek studi, subject matter). Melalui sasaran kajian, maka akan terdapat kejelasan tentang ilmu apa masuk dalam bidang apa. Sehingga, setiap ilmu yang memiliki  obyek materia yang sama akan dapat dikelompokkan dalam satu bidang yang sama. Seperti yang kita ketahui bahwa perbedaan antara satu ilmu dengan lainnya selalu dilihat dari obyek forma ilmu yang bersangkutan. Ilmu-ilmu alam misalnya memiliki obyek materia yang berupa gejala-gejala alam yang ajeg dan bercorak nomotetis, ilmu-ilmu sosial memiliki obyek materia gejala kemasyarakatan dan ideografis, sedangkan ilmu budaya dan humaniora memiliki obyek materia gejala-gejala kemanusiaan. Dari obyek kajian tersebut, kemudian memunculkan berbagai disiplin karena adanya obyek forma yang berbeda.
Ketiga, melalui pendekatan, yaitu upaya untuk memadukan berbagai disiplin keilmuan dengan memposisikan satu disiplin sebagai pendekatan dan lainnya sebagai sasaran kajian. Melalui pendekatan,  maka ilmu pengetahuan akan berkembang dengan cepat karena dimungkinkan tumbuhnya disiplin-disiplin baru yang merupakan gabungan antara dua ilmu pengetahuan. Inilah yang disebut sebagai inter-disciplinarity (antar bidang) dan cross-disciplinarity (lintas bidang) atau yang secara umum disebut sebagai multi-disciplinarity (multi-disiplin). Maka di dalam perkembangan ilmu kemudian muncul sosiologi agama (perpaduan antara sosiologi dalam bidang social science dan agama dalam bidang culture and humanity) yang selanjutnya disebut sebagai cross-disciplinarity. Demikian pula  antropologi agama, psikhologi agama, filsafat sosial, filsafat hukum, sejarah sosial dan sebagainya. Di sisi lain, misalnya sosiologi politik adalah inter-dicipliner karena merupakan penggabungan sosiologi sebagai bagian dari bidang social science dan politik yang juga bagian dari social science. Demikian pula, misalnya sosiologi hukum, antropologi politik, psikhologi sosial dan sebagainya.
Pengkajian terhadap agama sesungguhnya sudah memperoleh tempat yang sangat lama dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Agama sudah menjadi pusat perhatian para ilmuwan semenjak dahulu. Dimulai dengan usaha ilmiah yang dilakukan oleh E.B. Taylor, J.J. Frazer, R.R. Marett hingga Karl Marx, Durkheim, Weber dan juga Bellah.[6] Kajian tersebut tentunya tidak melihat agama sebagai doktrin akan tetapi melihat agama di dalam kehidupan masyarakat. Taylor, Frazer disebut sebagai ahli-ahli antropologi, sedangkan Marx, Durkheim, Weber dan Bellah adalah ahli sosiologi. Mereka menempatkan agama sebagai subject matter kajiannya.
Dewasa ini agama sedang menuai zamannya. Jika berdasarkan pandangan kaum positivis agama disejajarkan dengan mitos dan diramalkan akan tenggelam ditelan oleh zaman yang memakin modern dan positif, maka ternyata hipotesis tersebut tidak menuai kenyataan. Sekarang ini bukan hanya kerinduan masyarakat untuk menjadi semakin beragama, yang dikenal sebagai kebangkitan agama-agama, akan tetapi juga minat akademisi untuk mengkaji agama dalam kaitannya dengan disiplin lain juga sedang menggejala. Sebagai contoh tentang bagaimana memadukan antara disiplin ilmu-ilmu sosial dan culture/humanities dengan agama sebagai sasaran kajian, di antaranya adalah yang ditulis oleh Peter Connolly, yaitu mengkaji agama berdasarkan pendekatan antropologis, feminis, fenomenologis, filosofis, sosiologis dan teologis.[7]  Kecenderungan untuk melakukan dialog antara agama dengan ilmu sosial dalam karya disertasi juga meningkat. Misalnya, Nur Syam,[8] Ulul Albab,   Muhammad Ja’far,[9]  Abdul Syakur,[10] dan sebagainya.
Pembidangan ilmu-ilmu keislaman juga diusahakan melalui pengkategorian apa yang menjadi sasaran kajiannya. Oleh karena  itu  kemudian ditemukanlah pembidangan seperti Ilmu Al-Qur’an yang sasaran kajiannya adalah Al-Qur’an. Ilmu Hadits yang menempatkan sasaran kajiannya adalah Hadits-Hadits Nabi, Ilmu Akidah yang memiliki sasaran kajian berupa dimensi-dimensi keyakinan terhadap Tuhan dan hal-hal yang terkait dengannya, Ilmu Dakwah memiliki sasaran kajian yang terkait dengan penyebaran ajaran Islam, Ilmu Tarbiyah  memiliki sasaran kajian berupa pendidikan Islam, Ilmu Syariah memiliki sasaran kajian berupa hukum Islam dan implikasinya, Ekonomi Islam memiliki sasaran kajian berupa praktik ekonomi dan implikasinya, ilmu filsafat mengkaji tentang berbagai corak dan ragam pemikiran mendalam tentang gejala-gejala alam, sosial dan humaniora, ilmu tasawuf mengkaji tentang dimensi mendalam (esoterik) Islam,  ilmu sejarah mengkaji tentang rentang perjalanan manusia dan masyarakat dalam kaitannya dengan agama, sosial, budaya, politik, hukum, ekonomi dan sebagainya. Ilmu-ilmu sosial-keislaman mengkaji tentang interaksi antara individu dan masyarakat dalam kaitannya dengan agama, sosial, budaya, politik dan sebagainya. Ilmu bahasa mengkaji tentang bahasa yang diekspresikan manusia dan masyarakat dalam rentang sejarah, waktu dan lokalitasnya. Dan sains Islam yang mengkaji tentang gejala-gejala alam dalam kaitannya dengan konsepsi-konsepsi Islam. Untuk membedakan satu disiplin dengan lainnya adalah melalui pengalokasian obyek forma yang masing-masing memang berbeda, misalnya sejarah peradaban Islam akan berbeda dengan sejarah hukum Islam, sosiologi agama akan berbeda dengan psikhologi agama, tafsir tasawuf akan berbeda dengan tafsir dakwah, sejarah hadits akan berbeda dengan filsafat hadits dan seterusnya.
Yang penting tentunya adalah pengembangan ilmu-ilmu keislaman ke depan. Hal ini diperlukan mengingat bahwa diperlukan ragam pengembangan ke depan yang bisa dijadikan sebagai wahana pengembangan keilmuan secara substansial di satu sisi dan juga pengembangan istitusional di sisi lain. Pengembangan substansial terkait dengan pengembangan ilmu dan kepakaran dosen atau akademisi sehingga menghasilkan variasi-variasi keilmuan di PTAI, sedangkan secara institusional akan menjadi wahana bagi pengembangan program studi atau sekurang-kurangnya konsentrasi studi yang dibutuhkan di masa depan.[11]
Arah pengembangan ilmu-ilmu  keislaman  ke depan diusahakan mengikuti alur sasaran kajian dan pendekatan sekaligus. Artinya pengembangan tersebut diusahakan dengan memggunakan dua cara pembidangan ilmu-ilmu, yaitu melihat sasaran kajian dan pendekatan. Makanya, akan ditemui pola pengembangan yang merupakan penggabungan ilmu, yang satu dijadikan sebagai sasaran kajian dan lainnya sebagai pendekatan. Misalnya, tafsir Al-Qur’an dan hermeneutika, maka yang dikaji adalah tafsir al-Qur’an tetapi menggunakan pendekatan hermeneutika. Demikian pula tafsir Al-Qur’an dan fenomenologi, maka yang dikaji adalah ilmu tafsir tetapi menggunakan pendekatan fenomenologi. Tafsir Al-Qur’an dan strukturalisme, maka yang dikaji adalah tafsir Al-Qur’an tetapi menggunakan pendekatan strukturalisme. Demikian pula ilmu hadits ketika dipertemukan dengan pendekatan lainnya maka akan memunculkan syarah hadits dan budaya lokal, syarah hadits dan fenomenologi dan seterusnya. Ilmu tarbiyah yang ditemukan dengan sosiologi maka akan muncul sosiologi pendidikan Islam, teknologi pendidikan Islam, politik pendidikan Islam dan sebagainya.
Ilmu dakwah yang dipertemukan dengan sosiologi akan memunculkan sosiologi pengembangan masyarakat Islam, studi pembangunan dan pengembangan ekonomi kerakyatan, manajemen kelembagaan Islam, bimbingan penyuluhan sosial dan seterusnya. Ilmu syariah ketika dipertemukan dengan pendekatan tertentu maka akan menghasilkan pembaharuan hukum Islam, bisnis dan manajemen Islam, hukum bisnis Islam dan sebagainya.  Ilmu tasawuf ketika dipertemukan dengan pendekatan lain maka akan didapatkan sub-disiplin baru yaitu tarekat dan fenomenologi, tarekat dan budaya lokal, tarekat dan modernitas dan seterusnya. Ilmu sejarah ketika bertemu dengan pendekatan lainnya akan menghasilkan arsitektur Islam, archeologi Islam. Ilmu-ilmu sosial keislaman yang bertemu dengan pendekatan lainnya akan memunculkan Islam and civil religion, Islam dan budaya lokal, Islam dan politik lokal, perbandingan politik Islam lokal. Ketika sains (ilmu-ilmu kealaman) bertemu dengan pendekatan lain akan melahirkan Islam dan Kesehatan Jiwa.
Pembidangan ilmu, dengan demikian tidak hanya akan menghasilkan substansi keilmuan Islam akan tetapi juga akan menghasilkan variasi-variasi akademisi yang menjadi pengembang ilmu-ilmu keislaman dimaksud. Jadi, melalui pembidangan ilmu akan didapatkan dua keuntungan, yaitu variasi ilmu-ilmu keislaman dan variasi pakar ilmu keislaman.
Membangun Twin Towers: Menyejajarkan Ilmu Agama dan Umum melalui Dialog
Posisi ilmu agama terkadang inferior di tengah pergulatannya dengan ilmu umum. Posisi inferior itu tidak hanya di dalam perbincangan akademik tetapi juga terdapat di dalam sikap dan tindakan dosen dan mahasiswa. Menjadi mahasiswa atau dosen dan bahkan juga pimpinan perguruan tinggi agama Islam (PTAI) terkadang menjadi orang nomor dua. Jika menjadi mahasiswa, dosen dan pimpinan perguruan tinggi umum (PTU) sama dengan menjadi orang nomor satu.
Di tengah nuansa ketidakpercayaan diri itu, maka tentu menjadi tugas bersama untuk membangun identitas dan harga diri sebagai mahasiswa, dosen dan pimpinan PTAI dalam kancah pergaualan dengan lainnya. Kebanggan akan identitas itulah yang dirasakan perlu untuk dikedepankan di tengah pergaulan dunia yang semakin demokratis, terbuka dan kompetitif. Untuk menjadi bangga dan memiliki harga diri tentunya harus ada sesuatu yang bisa dibanggakan dan dihargadirikan. Dan salah satunya adalah keahlian yang mapan tentang bidang studi yang dikaji di institusi pendidikan tinggi agama.
Integrasi, sinergi atau apapun namanya memang sesuatu yang harus dilakukan. Kegelisahan untuk terus membangun integrasi atau sinergi bukan hanya khas pemikiran ilmuwan Islam, namun juga sebagaimana yang dialami oleh John F. Haught. Di dalam bukunya yang berjudul ”Perjumpaan Sains dan Agama, Dari Konflik ke Dialog” betapa digambarkan bahwa era integrasi atau sinergi itu terus berlangsung. Beliau mencatat ada empat fase menuju ke arah perjumpaan itu. Pertama, paradigma konflik beranggapan bahwa sains modern memiliki relasi negatif dengan agama. Ada proses saling menegasikan. Kedua, yang mengikuti paradigma kontras berpandangan bahwa dua hal ini memiliki otonominya sendiri-sendiri. Ada wilayah agama dan ada wilayah sains. Konflik bisa terjadi ketika keduanya dilakukan proses dialog. Ketiga, yang mengikuti paradigma kontak bahwa ada otonomi agama dna sains, namun ada dimensi atau ranah tertentu yang keduanya bisa bertemu. Keempat, yang mengikuti paradigma konfirmasi menyatakan bahwa antara ilmu dan agama bisa saling mengisi. Ada riset yang dibangun di atas keyakinan agama dan sebaliknya keyakinan agama juga bisa dikembangkan karena produk sains.[12]
Mencermati terhadap realitas pergerakan relasi agama dan sains ini, maka sesungguhnya menarik untuk diperbincangkan adalah bagaimana membangun relasi antara sains (ilmu kealaman dan ilmu sosial) dengan agama. Di antara jawaban itu adalah melalui pendekatan (approach) yang mempertemukan suatu disiplin dengan agama di sisi lainnya. Dan sebagaimana telah diungkapkan dimuka bahwa suatu disiplin akan menjadi pendekatan dan lainnya menjadi obyek kajian (subject matter).[13]
Konsep menara kembar di dalam konsepsi pengembangan ilmu keislaman multidisipliner yang dimaksudkan adalah membangun struktur keilmuan yang mana antara Ilmu keagamaan dan ilmu sosial/humaniora serta ilmu alam berkembang secara memadai dan wajar. Keduanya memiliki kewibawaan yang sama, sehingga antara satu dengan lainnya tidak saling merasa superior atau inferior. Ilmu keislaman berkembang dalam kapasitas dan kemungkinan  perkembangannya, demikian pula ilmu lainnya juga berkembang dalam rentangan dan kapasitasnya. Ilmu keislaman laksana sebuah menara yang satu dan ilmu lainnya seperti menara satunya lagi. Keduanya bertemu dalam puncak yang saling menyapa, yang dikenal dengan konsep ilmu keislaman multidisipliner. Menara yang satu menjadi subject matter dan lainnya sebagai pendekatan.
Jika dirumuskan secara naratif, maka gambarannya ialah sebagai berikut:
Fondasi keilmuannya ialah Al-Qur’an dan hadits, kemudian menaranya terdiri dari ilmu keislaman murni dan terapan  (tafsir, hadits, Ilmu Fiqh, Ilmu Kalam, Tasawuf, ilmu dakwah, ilmu tarbiyah dan sebagainya), kemudian menara lainnya adalah ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora (ilmu kimia, fisika, sosiologi, antropologi, politik, psikhologi, sejarah, filsafat dan sebagainya) dan kemudian dipuncaknya terdapat lengkung yang menghubungkan antara menara satu dengan lainnya yaitu pertautan antara dua disiplin keilmuan, sehingga terdapat sosiologi agama, filsafat agama, antropologi agama, ekonomi Islam, politik Islam, dan sebagainya.
Bangunan struktur keilmuan tersebut harus diletakkan di atas fondasi Al-Qur’an dan Al-Hadits sebab yang akan dibangun pada akhirnya adalah ilmu sosial profetik, ilmu alam profetik, serta culture dan humaniora profetik. Mengikuti pandangan kaum ilmuwan yang mengembangkan ilmu-ilmu yang trans-teoretik, yaitu teori yang tidak hanya digunakan utuk teori tetapi teori untuk kemungkinan pengembangan masyarakat. Dengan demikian, setiap teori yang dihasilkan oleh ilmuwan Islam hakikatnya adalah bertujuan untuk meningkatkan kehidupan masyarakat setarap lebih baik.
Untuk mengembangkan keilmuan yang integratif dalam coraknya yang twin towers tersebut maka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) –khususnya IAIN Sunan Ampel–  harus melakukan restrukturisasi kelembagaan pada level fakultas. Sesungguhnya bukan perubahan struktur yang mendasar, tetapi terkait dengan nomenklatur fakultas yang selama ini dikenal, yaitu Fakultas Adab, Fakultas Dakwah, Fakultas Syariah, Fakultas Tarbiyah dan Fakultas Ushuluddin. Maka, yang harus dipertimbangkan adalah memberikan wadah bagi pengembangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora dalam wadah yang jelas, yaitu Fakultas Ada dan Humaniora, Fakultas Dakwah dan Ilmu Sosial, Fakultas Syariah dan Hukum, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat.
Melalui perubahan ini, maka wider mandate yang sudah menjadi bagian integral dalam pengembangan ilmu-ilmu keislaman multidisipliner akan menjadi semakin jelas sosoknya. Kita memang harus melihat realitas empiris di dalam mengembangkan keilmuan dan juga wadah pengembangannya.

Kesimpulan
Memang harus ada usaha yang serius dan terus menerus untuk melakukan pengembangan keilmuan Islam multidisipliner ini searah dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Namun demikian pengembangan ilmu keislaman murni dan terapan juga tidak boleh dilupakan. Demikian pula pengembangan ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora. Jika ini bisa dilakukan maka kelak di kemudian hari maka pengembangan ilmu keislaman yang memiliki kewibawaan akan terjadi.
Di dalam kerangka ini, maka seluruh energi baik dana, tenaga dan pikiran harus dicurahkan secara mendasar untuk melakukan kajian, riset dan diskusi di dalam kerangka pengembangan ilmu keislaman dan juga institusinya yang berwibawa dan berdaya guna.
Wallahu a’lam bi al-shawab.

Diketik ulang oleh Mahlail Syakur Sf.
(Asisten Direktur Program Pascasarjana
Universitas Wahid Hasyim Semarang) 

18 Mei 2013 M./ 8 Rajab 1434 H.




[1] Makalah Kuliah Umum disampaikan di Universitas Wahid Hasyim Semarang, Sabtu Pahing, 8 Rajab 1434 H./ 18 Mei 2013.
[2] Pemakalah adalah Guru Besar Sosiologi dan Rektor IAIN Sunan Ampel. Menyelesaikan S1 pada Fakultas Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, S2 dan S3 Ilmu Sosial Universitas Airlangga.
[3] Imam Suprayogo, Sangkar Ilmu, (Malang: UIN Malang Press, 2003)
[4]Oleh Azhar Arsyad, model sinergi Sains dan Agama terseut digambarkan sebagai Sel Cemara, integrasi dan interkoneksi Sains dan Agama. Pandangan tersebut mirip dengan pohon ilmu yang telah dikembangkan oleh UIN Malang tentang pengembangan relasi ilmu dan agama. Periksa Nurman Said, dkk., Sinergi Agama dan Sains, Ikhitiar Membangun Pusat Peradaban Islam, (Makasar: Alauddin Press, 2005).
[5] Dalam pandangan Mulyadhi Kartanegara, bahwa dikhotomi Ilmu agama dan Ilmu non agama yang terus berkembang higga kini, sesungguhnya dipengaruhi oleh pandangan barat yang positivistik. Padahal dalam pandangan keilmuan Islam, bahwa fenomena-fenomena alam yang menjadi obyek ilmu umum ternyata terdapat relasi dengan kuasa Tuhan, sehingga relasi diantara keduanya bukan sesuatu yang tanpa dasar. Periksa penjelasan lebih lanjut dalam Mulyadhi Kartanegara, Integrasi Ilmu, Sebuah Rekonstruksi Holistik, (Jakarta: Arasy Mizan dan UIN Jakarta Press, 2005). 
[6] Periksa Nur Syam, Madzab-Madzab Antropologi, (Jogyakarta: LKiS, 2009)
[7] Periksa Peter Connolly, Ed., Aneka Pendekatan Studi Agama (Jogyakarta: LKiS, 2009). 
[8] Nur Syam, Islam Pesisir,  (Jogyakarta: LKiS, 2006). Buku ini semula adalah disertasi yang diselesaikan di Universitas Airlangga. Tulisan ini mengkaji masyarakat Islam pesisir dengan perspektif sosiologi budaya. Kemudian tulisan Ulul Albab, “Islam Sebagai Landasan Pemikiran dalam Menciptakan Pemerintahan yang Anti Korupsi”,  Universitas Brawijaya, Malang, 2009. Disertasi belum diterbitkan.
[9] Muhammad Ja’far, Anatomi Perilaku Bisnis, Dialektika Etika dengan Realitas  (Malang, UIN Press, 2009)
[10] Abdul Syakur, ”Gerakan Tarekat Shiddiqiyah Pusat Losari Ploso Jombang: Studi tentang Stratergi Bertahan, Struktur Mobilisasi dan Proses Pembingkaian”, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Jogyakarta, 2009, Disertasi belum diterbitkan.
[11] Di IAIN Sunan Ampel terdapat gagasan agar terdapat perubahan nomenklatur Fakultas. Jika selama ini dikenal nama Fakultas itu adalah Fakultas Adab, Dakwah, Syariah, Ushuluddin dan Tarbiyah maka ke depan bisa diubah menjadi Fakultas Adab dan Humaniora, Dakwah dan Ilmu Sosial, Syariah dan Ilmu Hukum, Ushuluddin dan Filsafat dan Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
[12] Periksa John F. Haught, Perjumpaan Sain dan Agama, Dari Konflik ke Dialog, (Jakarta; Mizan dan ICAS, 2004). Pengantar yang sangat bagus tentang buku ini diberikan oleh Mohsen Miri, Rektor ICAS, Jakarta.
[13] Noeng Muhajir membagi realitas dalam kaitannya dengan kebenaran dan pendekatan, maka terdapat jenis realitas yaitu realitas  empiris sensual (dapat diamati melalui pengindraan), realitas empiris rasional (dapat dilogikabenarkan), realitas empiris etis (dapat dibenarkan mealui etika) dan realitas empiris transendental (dapat dibenarkan karena ada dimensi trandental yang mendasari kenyataan tersebut). Eeriksa Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jogyakarta: Rake Sarasin, 1991).


sumber asli: http://nursyam.sunan-ampel.ac.id/?p=754 (diakses: 17/5/2013)

Sabtu, 18 Mei 2013

Biografi Syeikh H. Nur Syam


BIODATA SINGKAT
Nur Syam
Ilmuwan yang Gemar Membaca Sastra



Nama Lengkap  : Prof. Dr. H. Nur Syam, M.Si.
Tempat lahir      :  Desa Sembungrejo, Merakurak, Tuban
Tanggal Lahir    :  7 Agustus 1958
Orangtua           : Sabar dan Turmiatun   (Putra tunggal )
Isteri                  : Hj. Annisah Sukindah
Anak                 : 3 anak
Jabatan Akademik: Guru Besar bidang Sosiologi (disahkan: 1 Oktober 2005)




Pendidikan:
- SD  (lulus: 1971)
-  SMEP Negeri  (lulus: 1974)
-  PGA  (lulus: 1977)
-  Sarjana Muda Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya (lulus: 1982)
-  S1 Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya (lulus: 1985)
-  S2 Pascasarjana IAIN Yogyakarta  (Batal)
-  PLPA (Program Latihan Pendidikan Agama) Jakarta, (1989)
-  S2 bidang Sosiologi Program Pascasarjana Unair Surabaya (lulus: 1997)
-  Program Doktoral Pascasarjana Unair Surabaya (lulus: 2003)
-  University Management Workshop di McGill University, Montreal, Canada (2006).

Pengalaman akademik:
-  Asisten Dosen Prof. Dr. Bisri Affandi (Pu Rek I) – masih Sarjana Muda
-  Dosen PNS (sejak 1997)
-  Dosen di banyak kampus: di Surabaya, Sidoarjo, Situbondo, Jombang, Kediri, dan Tulungagung
-  Dosen Fakultas Dakwah dan Program Pascasarjana IAIN Sunan Ampel
-  Dosen PPs IAI Ibrahimi Situbondo,
-  Dosen PPs IAI Tribakti Kediri,
-  Dosen PPs STAIN Tulungagung
-  Dosen PPs Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
-  peneliti di bidang ilmu sosiologi dan antropologi agama


Jabatan Struktural:  
-  Pembantu Rektor II IAIN Sunan Ampel Surabaya
-  Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya (2008 – 2012)
-  Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI (2012 - …)

Penelitian Ilmiah:
1.    Penelitian Kampung Improvement Program di Surabaya, Group Leader dari  Tim Interviewer, 1982
2.    Penelitian Program Insentif Masyarakat di Bondowoso dan Jombang, Yasika Jakarta- Tim Interviewer, 1983
3.    Pemetaan Potensi Masjid di Jawa Timur (DMI-Jawa Timur)-Tim Peneliti, 1985
4.    Etnografi Kehidupan Penganut Tarekat Syatariyah di Kuanyar Mayong Jepara (Toyota Foundation, 1990),
5.    Konflik dan Integrasi antara NU dan Muhammadiyah di Kuanyar Mayong Jepara, 1991.
6.    Implementasi Program Tribina di Lamongan (Bappeda Tk.I Jawa Timur)-Tim Peneliti, 1991,
7.    Tingkat Pengetahuan dan Aplikasi Transliterasi Arab Latin bagi Dosen IAIN Sunan Ampel (Proyek Penelitian IAIN Sunan Ampel)-Tim Peneliti, 1992
8.    Sejarah Perkembangan Pesantren Kanak-Kanak di Malang (Proyek Penelitian IAIN Sunan Ampel)-Tim Peneliti, 1993
9.    Dakwah Islam dalam Mengeliminasi Tradisi Nyamin pada Masyarakat Samin di Bojonegoro (Proyek Penelitian Departemen Agama-Ditpertais, 1994)
10.     Pemilihan Kepala Desa di Pitu Ngawi: Studi tentang Kepemimpinan Lokal, Motivasi Keagamaan dan Aliansi Golongan (Proyek Departemen Agama-Ditpertais, 1995)
11.     Tarekat dan Petani: Studi tentang Penganut Tarekat di Mojosari Mojokerto (Proyek Departemen Agama-Ditpertais, 1996)
12.     Agama dan Politik; Makna Afiliasi Politik Penganut Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di Cukir Jombang (Tesis,1997),
13.     Tahun 1997: Pemetaan Potensi Industri di Kabupaten Ngawi (Bappeda Kab. Ngawi)
14.     Wanita Pekerja Rumahan di Ujung Pandang (Menteri UPW dan PIKI, 1998),
15.     Studi Evaluasi Perlaksanaan Operasi Pasar Khusus Bagi keluarga Pra-sejahtera di Kabupaten Probolinggo dan Bondowoso (LPM-IAIN Sunan Ampel dan Dolog Jawa Timur, 1998),
16.     Tarekat dan Negara: Studi Dinamika Hubungan Tarekat dan Kekuasaan Politik dalam kasus Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Jombang (Proyek Penelitian IAIN Sunan Ampel, 1999),
17.     Pemetaan Potensi Industri Kecil di Kabupaten Situbondo (Lemlit IAIN Sunan Ampel dan Bappeda Jawa Timur, 1999)
18.     Pemetaan Potensi Sosial Ekonomi Desa-Desa Binaan IAIN Sunan Ampel di Bojonegoro (LPM IAIN Sunan Ampel, 2001)
19.     Tradisi Keluarga Perempuan Meminang dalam Sistem Perkawinan di Tuban Jawa Timur (Proyek Penelitian IAIN Sunan Ampel, 2001)
20.     Komunitas Islam di Tengah Perubahan: Mempertahankan Tradisi Lokal di Tengah Usaha Purifikasi pada Komunitas Islam Pesisir Tuban Jawa Timur (Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Departemen Agama, 2001)
21.     Upacara di Dalam Tradisi Islam Lokal di Palang Tuban Jawa Timur: Studi Etnografi (Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2004)
22.     Tradisi Islam Lokal Pesisiran; Studi Konstruksi Sosial Upacara pada Masyarakat Palang Tuban (Disertasi, 2005),
23.     Perilaku Politik Santri Dalam Pilgub Jawa Timur (Komunitas Tabayyun dan IAIN Sunan Ampel, 2007)
24.     Respon Santri terhadap Gerakan Khilafah Islamiyah di Jawa Timur (IAIN Sunan Ampel, 2007).

Karya Ilmiah/ Buku:
1.    Publisistik (Diktat pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1986)
2.    Pembangunan Masyarakat Desa (Diktat pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1987).
3.    Metodologi Penelitian Dakwah (Ramadhani Solo, 1991),
4.    Sosiologi Islam (Diktat pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1992),
5.    Filsafat Dakwah (Diktat pada Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 1995),
6.    Perspektif dalam Antropologi (Diktat pada fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel, 2000),
7.    Penulis dalam Abdul Hamid Wahid, Eds., Perspektif Baru Pesantren dan Pengembangan Masyarakat (Penerbit Yayasan Triguna Bakti, 2001),
8.    Teori-Teori Sosial (Diktat Fakultas Dakwah, 2002),
9.    Penulis dalam Basrawi dan Sukidin, Metodologi Penelitian Perspektif Mikro, (Penerbit: Media Insan Cendekia, 2003),
10.     Metodologi Penelitian Perspektif Mikro (Media Insan Cendekia, 2003),
11.     Istitusi Sosial di Tengah Perubahan: Esai Pendidikan dan Sosial (Jenggala Pustaka Utama, 2003),
12.     Institusi Sosial di Tengah Perubahan (Jenggala Pustaka Utama, 2004),
13.     Pembangkangan Kaum Tarekat (LEPKISS, 2004),
14.     Filsafat Dakwah (Jenggala Pustaka Utama, 2004),
15.     Filsafat Dakwah: Pemahaman Filosofi Tentang Ilmu Dakwah (Jenggala Pustaka Utama, 2005),
16.     Bukan Dunia Berbeda; Sosiologi Komunitas Islam (Pustaka Eureka, 2005),
17.     Islam Pesisir (LKiS, 2005),
18.     Penulis dalam Suhartini, dkk., Model-Model Pemberdayaan Masyarakat (Penerbit Pustaka Pesantren, 2005),
19.     Penulis dalam Abdul Halim dkk., Model-Model Pemberdayaan Masyarakat (Penerbit Pustaka Pesantren, 2005),
20.     Penulis dalam M. Ali Azis, dkk., Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Penerbit Pustaka Pesantren, 2005),
21.     Dakwah Pemberdayaan Masyarakat (Pustaka Pesantren, 2005),
22.     Madzab-Madzab Antropologi (LKIS, 2006)
23.     Model Analisis Teori Sosial (Surabaya,),
24.     Integrated Twin Towers, (Surabaya, IAIN Press)
25.     Dramakologi Transendental Pelacur (Akan terbit),
26.     Islam dan Multikulturalisme (Kanisius, Akan terbit),
27.     Tarekat Petani (LKIS, Akan Terbit),
28.     US Double Speaks, Islam dan Terorisme (LKiS, Akan terbit),.

Tulisan di Jurnal:
1. Jurnal IAIN Sunan Ampel, Edisi IX, th. 1994, “Menaggulangi Masalah-masalah Sosial Pada PJPT II: Bagaimana Peran Agama?”
2. Jurnal IAIN Sunan Ampel, Edisi X, 1993, “Mengenal Cara Dakwah Pada Awal Masuknya Islam di Jawa”
3. Jurnal IAIN Sunan Ampel, Edisi XII, 1998, “Masyarakat Samin di Tengah Perubahan Sosial: Keajegan dan Perubahan”
4. Jurnal IAIN Sunan Ampel, Edisi XIII, 1998, “Perspektif Aliran Dalam Perpolitikan Nasional”
5. Bayan, 1998, “Dakwah Dalam Dinamika Politik Kebangsaan”
6. Bayan, 1999, “Tarekat dalam  Politik Orde Baru, Dinamika Hubungan Tarekat dan Politik”
7. Informasia, No.3, Th.3, 2000, “Partai Politik di Iran Pasca Revolusi”
8. Wacana, Vol.1, No, 1, 2001, “Anggapan-Anggapan Pokok Filsafat Ilmu Pengetahuan Abad XX”
9. Wacana,  Vol. 2, No. 1, Juni 2002, “Transformasi Kepemimpinan Kyai di Era Otonomi daerah”
10.  Wacana, Vol. 3, No. 1, Nopember 2003, “Pemikiran Paradigmatik tentang Pengembangan Pendidikan Tinggi”
11.  Wacana Vol. IV, No.2, Agustus 2004, “Merumuskan Masalah Dalam Penelitian Ilmu-ilmu Sosial”
12.  Paramedia, Vol. 1, No. 2, 2001, “Masalah-Masalah Umat Islam Indonesia Kontemporer: Perspektif Sosiologis”
13.  Paramedia, Vol. 2, No. 1, Januari 2001, Disintegrasi Bangsa: Perspektif Sosio-Kultural”
14.  Paramedia, Vol. 3, No.1, Januari 2002, “Budaya local dalam Perspektif Antropologi Interpretatif Simbolik”
15.  Paramedia, Vol. 3, No.3, Juli 2002, “Kebudayaan Dalam Perspektif Evolusionisme”
16.  Paramedia, Vol. 4, No.4, Oktober 2003, “Studi Agama dan Lintas Budaya”
17.  Paramedia, Vol. 5, No. 1, April 2004, “Islam Kolaboratif: Memahami Konstruksi Sosial Upacara pada Masyarakat Pesisir Palang Tuban, Jawa Timur”
18.  Jurnal Ilmu Dakwah, Vol.4, No.1, 2001, “Aktivisme Iqbal Sebagai Solusi Alternatif”
19.  Jurnal Ilmu Dakwah, Peran Sosiologi Dalam Perubahan Sosial”
20.  El-Ijtima’, No. 1, Vol.2, 2001, “Peranan Masyarakat Kampus di Tengah Otonomi Daerah”
21.  El-Ijtima’, Vol.3, No.1, 2002, “Pendidikan Tinggi Sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan Masyarakat di Era Otonomi Daerah”
22.  El-Ijtima’, “Gerakan Kultural Anti Korupsi: Antara Pesan Moral dan Aksi Sosial”
23.  El-Ijtima’, “Antropologi Masyarakat Pesisir: Masalah dan Sumber Daya”
24.  Mainstream Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan dan Humaniora, No.1, Vol.2. 2003, “Mendorong Demokratisasi Melalui Maksimalisasi Peran Pesantren”
25.  Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial, Vol.5, No. 4, 2004, “Paradigma Integratif Dalam Ilmu Sosial”
26.  Gerbang, Vol.1, No.1, “Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah di Cukir Jombang: Makna Afiliasi Politik dan Resistensinya”
27.  Majalah Santri, No. 11/1997, “NU, Islam dan Pancasila”
28.  Majalah Ara’aita, Edisi 36/th.XIII/1997, “Membangun Demokrasi, Merekonstruksi Teologi”
29.  Majalah Forma, Edisi XXIV/th. XII/1998, “Kapitalisme Global (Perspektif Ekonomi-Politik)
30.  Qualita Ahsana, “Tarekat dalam Politik Orde Baru: Makna Afiliasi Politik Penganut Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah”
31.  Bulletin Corong, Edisi Kelima/V/Mei/1998, “Aria Penangsang dan Kosmopolitanisme Pesisir”
32.  Menulis 30 artikel di Harian Pagi Jawa Pos, Surabaya News, Suara Karya, Harian Surya, Harian Umum Bhirawa, Duta, Majalah MIMBAR Pembangunan Agama, Majalah SANTRI.

Makalah Seminar/ Diskusi:
1. “Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam: Posisi, Materi dan Pengembangannya”,  Hotel Utami, 20 Nopember 1999
2. “Menimbang Kurikulum nasional yang Marketabel”, IAIN Walisongo Semarang, 25-26 Januari 2000
3. “Komunitas Islam di tengah Perubahan: Mempertahankan Tradisi Lokal di antara Usaha Purifikasi pada Komunitas Islam Pesisir Tuban”, Balitbang Depag RI, 2001
4. “Profil Perguruan Tinggi Agama Islam”, Malang, Pemprop. Jawa Timur
5. “Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pendidikan”, Malang, STIT Raden Rahmat, 10 Mei 2003
6. “Pemilu 2004: Pesta Demokrasi Rakyat atau Elit Politik”, Surabaya, PMII Cabang Wonocolo, 13 Juni 2003
7. “Sistematika Kurikulum dan Silabi”, Bangkalan, STIT Al-Hamidiyah, 1 September 2004
8. “Penelitian Kualitatif”, Surabaya, Jurusan KPI pada Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel, 10 Maret 2004
9. “Kurikulum Institusional Muatan Lokal Perguruan Tinggi Swasta Kabupaten Sumenep”, Pemkab. Sumenep, 13-14 Oktober 2004
10.  “Beban Berat Muhammadiyah: Antara Tuntutan Dakwah Kultural dan Tajdid”, Surabaya, UMS, 5 Oktober 2004
11.  “Menebar Kharisma Menuai Kuasa”, Surabaya, PMII Cabang Surabaya Selatan
12.  “Posisi NU dalam Pemilihan Presiden 2004”, Surabaya, PMII Kom. Syariah
13.  “Gerakan Anti Korupsi Melalui Pendidikan: Menggagas Paradigma Baru Pendidikan”, STAIN Kediri, 14-15 Mei 2004
14.  “Studi Agama dan Lintas Budaya”, Lemlit IAIN Sunan Ampel, 25 Mei 2004
15.  “Tipologi Masyarakat Industri Pier Pasuruan” , Prodi Sosiologi Fak. Dakwah IAIN Sunan Ampel, 19 Oktober 2004
16.  “Model-Model Penelitian Sosial Kemasyarakatan dan Relevansinya dengan Penelitian Sosial-Religius”, Lemlit IAIN Sunan Ampel, 15-16 Juni 2004
17.  “Peran Dunia Pendidikan Islam dalam Mewujudkan Kampus dan Masyarakat Islam”, Univ. Muhammadiyah Ponorogo, 7 April 2004
18.  “Pluralisme dan Fundamentalisme di tengah Kehidupan Berbangsa”, Univ. Islam Malang, 19 Juni 2004
19.  “Analisis Situasi Sosial Dakwah”, LPM IAIN Sunan Ampel, 7-9 September 2004
20.  “Peningkatan Mutu dan Kualitas Jurusan dan Program Studi PTAI dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi”, BEM IAIN Sunan Ampel, 3-4 Mei 2004
21.  “Perguruan Tinggi Agama Islam: Mengapa Tidak Marketabel”, Semarang, Ditpertais Depag. RI., 5-8 Agustus 2005
22.  “Ahli Sunnah Wal Jamaah dalam Konteks Pengembangan SDM”, Insuri Ponorogo,  3 September 2005
23.  Orasi Ilmiah, “Transformasi Kepemimpinan Kyai di Era Otonomi Daerah”, Mojokerto, STIT Uluwiyah, 13 Juli 2002
24.  Orasi Ilmiah, “Sistem Pendidikan “Hati” di Pesantren: Pendidikan Alternatif di Tengah Globalisasi”, Nganjuk, STIT Miftahul Ula, 5 Oktober 2004
25.  Orasi Ilmiah, “Strategi Pendidikan Tinggi di Masa Depan”, Gresik, 9 September 2004
26.  Orasi Ilmiah, “Pengembangan Pendidikan Tinggi Kedepan: Tantangan dan Strategi”, Kediri, STIT Muhammadiyah, 18 September 2004Orasi Ilmiah, “Pendidikan di Era Globalisasi: Tantangan dan Strategi”, STAI Al Amin Dompu, 27 Pebruari 2005
27.  Workshop, “Pendidikan Berbasis Perpustakaan”, Perpustakaan IAIN Sunan Ampel dan Ditpertais. Depag. RI, 9-10 September 2005
28.  Seminar Internasional The Chance of Living Together and Building Peace: Emphasizing Humanity not Theology, UMS dan Kedutaan Besar Jerman di Indonesia, 28-29 Nopember 2007
29.  Seminar Nasional Pluralitas Agama di Indonesia: Memahami Persoalan Sekte-Sekte dari Perspektif Sosiologis-Teologis, UIN Malang, 15 Desember 2007.

Hobi:
-       mengoleksi buku-buku pewayangan (cerita Mahabarata).
-       mengoleksi karya-karya Hamka
-       membaca novel-novel sastra dan cerita pendek

ditulis ulang dengan penyempurnaan oleh: M. Syakur Sf.
Pada Studium General “Membangun Ilmu Keislaman Multidisipliner” untuk program S1 FAI dan S2 (PPs.) Universitas Wahid Hasyim Semarang, Sabtu Pahing, 8 Rajab 1434 H./ 18 Mei 2013.