KONSEP KEWIRASWASTAAN & KEWIRAUSAHAAN DALAM AL-QUR`ÂN
Oleh Mahlail Syakur Sf.
Al-Qur`ân adalah
Kitab Suci bagi ummat Islam yang mempunyai banyak fungsi bagi kehidupan
manusia. Salah satu di antaranya adalah sebagai petunjuk bagi manusia (huda> li
an-na>s = هدى للناس)[1] tanpa memandang apa pun agama dan golongannya
sehingga mampu mengembangkan kesadaran masyarakat ketika itu sebagai kesatuan
etnis dan kultural yang berhasil dibangun oleh Nabi Muhammad saw. Fungsi ini
dijelaskan dalam surah al-Baqarah:
ãöky tb$ÒtBu üÏ%©!$# tAÌRé& ÏmÏù ãb#uäöà)ø9$# Wèd Ĩ$¨Y=Ïj9 ;M»oYÉit/ur z`ÏiB 3yßgø9$# Èb$s%öàÿø9$#ur 4 ...[2]
((Beberapa hari yang ditentukan itu
ialah) bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur`ân
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda. ...).
Namun di
sisi lain al-Qur`ân merupakan petunjuk bagi orang-orang bertaqwa (huda>
li al-muttaqi>n = هدى للمتّقين)[3] dalam arti khusus, yang diturunkan sebagai kitab
yang tidak memiliki cacat atau pun kekurangan[4] dan tidak ada yang diragukan sedikit pun seluruh
isinya sebagaimana dinyatakan dalam surah al-Baqarah (2) ayat 2. Lebih dari itu
al-Qur`ân sendiri secara tegas dan jelas
mendeklarasikan diri akan menjadi petunjuk bagi siapa pun yang hendak mencari
kebenaran, sekaligus memberi informasi bahwa orang-orang beriman yang baik
amalnya akan memperoleh pahala. Penegasan tersebut terdapat dalam surah al-Isra>` (17):
¨bÎ) #x»yd tb#uäöà)ø9$# Ïöku ÓÉL¯=Ï9 Ïf ãPuqø%r& çÅe³u;ãur tûüÏZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# tbqè=yJ÷èt ÏM»ysÎ=»¢Á9$# ¨br& öNçlm; #\ô_r& #ZÎ6x. [5]
(Sesungguhnya
al-Qur`ân ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar
gembira kepada orang-orang mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar).
Sebagai petunjuk, al-Qur`ân memang bukan merupakan
buku tentang kewiraswastaan ataupun kewirausahaan tetapi banyak didapat konsep
yang memberikan pesan kepada manusia agar hidup berlandaskan jiwa dan semangat
wirasawsta dan wirausaha.
Di antara ayat-ayat al-Qur`ân yang berisi pesan
kewiraswastaan dan kewirausahaan adalah:
1.
Surat al-An’am (6) ayat 164:
.... wur Ü=Å¡õ3s? @à2 C§øÿtR wÎ) $pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 4 ...
(….
dan tidaklah seorang membuat dosa
melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang
berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. …)
2.
Surah al-Isra` (17) ayat 15:
Ç`¨B 3ytF÷d$# $yJ¯RÎ*sù ÏtGöku ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur ¨@|Ê $yJ¯RÎ*sù @ÅÒt $pkön=tæ 4 wur âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& 3
...
(Barangsiapa yang
berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), Maka Sesungguhnya Dia berbuat itu untuk
(keselamatan) dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang sesat Maka Sesungguhnya Dia
tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. dan seorang yang berdosa tidak dapat
memikul dosa orang lain, …)
Di
dalam dua ayat
tersebut Allah telah menyatakan bahwa setiap pribadi yang melakukan sesuatu
kejahatan akan menerima balasan hukuman yang dilakukannya sebagai bentuk
pertanggungjawaban hukum. Ini
berarti bahwa tidak boleh sekali-kali beban (dosa/ hukuman) seseorang dijadikan
beban pada orang lain.
3.
Surah Fathir (35) ayat 12:
$tBur ÈqtGó¡o Èb#tóst7ø9$# #x»yd Ò>õtã ÔN#tèù Ô÷ͬ!$y ¼çmç/#u° #x»ydur ìxù=ÏB Ól%y`é& ( `ÏBur 9e@ä. tbqè=à2ù's? $VJóss9 $wÌsÛ tbqã_Ì÷tFó¡n@ur Zpuù=Ïm $ygtRqÝ¡t6ù=s? ( ts?ur y7ù=àÿø9$# ÏmÏù tÅz#uqtB (#qäótGö;tGÏ9 `ÏB ¾Ï&Î#ôÒsù öNä3¯=yès9ur crãà6ô±n@
(Dan
tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang
lain asin lagi pahit. dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging
yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya,
dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya
kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur).
4.
Surah an-Najm (53)
ayat 38-41:
wr& âÌs? ×ouÎ#ur uøÍr 3t÷zé& ÇÌÑÈ br&ur }§ø©9 Ç`»|¡SM~Ï9 wÎ) $tB 4Ótëy ÇÌÒÈ ¨br&ur ¼çmu÷èy t$ôqy 3tã ÇÍÉÈ §NèO çm1tøgä uä!#tyfø9$# 4nû÷rF{$# ÇÍÊÈ
(Bahwasanya
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang manusia tiada
memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
Dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya).
Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna).
5.
Surat al-Muddatsir (74) ayat 38 yaitu:
@ä. ¤§øÿtR $yJÎ/ ôMt6|¡x. îpoYÏdu
(Tiap-tiap diri bertanggung jawab
atas apa yang telah diperbuatnya).
Di dalam surat al-Muddatsir (74) ayat 38 tersebut
diterangkan bahwa setiap jiwa terikat pada apa yang dikerjakannya, dan setiap
orang tidak akan memikul dosa atau kesalahan yang dibuat oleh orang lain. Pertanggungjawaban hukum hanya akan dipikul oleh pelakunya.
Keterlibatan pihak lain juga akan melahirkan pertanggungjawaban hukum bagi para
pihak sebatas apa yang menjadi tanggungjawabnya secara proporsional.
Dari
ayat-ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa orang tidak dapat diminta
memikul pertanggungjawaban hukum mengenai kejahatan atau kesalahan yang
dilakukan oleh orang lain. Karena pertanggungjawaban hukum itu individual
sifatnya, maka tanggungjawab kesalahan seseorang tidak dapat dipindahkan kepada
orang lain.
Kecuali
ayat-ayat tersebut terdapat pula ayat-ayat dalam al-Qur`ân yang memberi pesan
agar setiap individu manusia berusaha semaksimal mungkin dalam memperbaiki
keadaan dirinya, baik terkait dengan mencari ridla Allâh melalui berbagai
kegiatan ’ubudiyyah maupun dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan hidup
dengan menciptakan berbagai usaha dan amal nyata. Di antara ayat-ayat yang
dimaksud adalah:
1. Firman Allâh dalam
surah ar-Ra’d (13) ayat 11:
.... 3 cÎ) ©!$# w çÉitóã $tB BQöqs)Î/ 4Ó®Lym (#rçÉitóã $tB öNÍkŦàÿRr'Î/ 3 !...
(…. Sesungguhnya
Allâh tidak
merubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. …).
2. Surah at-Tawbah (9)
ayat 105:
È@è%ur (#qè=yJôã$# uz|¡sù ª!$# ö/ä3n=uHxå ¼ã&è!qßuur tbqãZÏB÷sßJø9$#ur ( cruäIyur 4n<Î) ÉOÎ=»tã É=øtóø9$# Íoy»pk¤¶9$#ur /ä3ã¥Îm7t^ãsù $yJÎ/ ÷LäêZä. tbqè=yJ÷ès?
(Dan
Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang
mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, …).
3. Surah al-Jum’ah (62)
ayat 10:
#sÎ*sù ÏMuÅÒè% äo4qn=¢Á9$# (#rãϱtFR$$sù Îû ÇÚöF{$# (#qäótGö/$#ur `ÏB È@ôÒsù «!$# (#rãä.ø$#ur ©!$# #ZÏWx. ö/ä3¯=yè©9 tbqßsÎ=øÿè?
(Apabila
telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung).
4. Surah al-Inshirah
(94) ayat 5-7:
¨bÎ*sù yìtB Îô£ãèø9$# #·ô£ç ÇÎÈ ¨bÎ) yìtB Îô£ãèø9$# #Zô£ç ÇÏÈ #sÎ*sù |Møîtsù ó=|ÁR$$sù ÇÐÈ
(5.
Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, 6. Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. 7. Maka apabila kamu telah selesai (dari
sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain).
5. Dalam Surah al-Baqarah
(2) ayat 286 terdapat frase:
w ß#Ïk=s3ã ª!$# $²¡øÿtR wÎ) $ygyèóãr 4 $ygs9 $tB ôMt6|¡x. $pkön=tãur $tB ôMt6|¡tFø.$# 3 ...
(Allah
tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat
pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya. …).
6. Ayat-ayat yang mengisahkan
Dzul Qanayn yang memberdayakan rakyatnya dalam membangun negaranya juga
mengisyaratkan nilai-nilai kewiraswastaan dan kewirausahaan (surah al-Kahf ayat
83 dan seterusnya).
Di samping
ayat-ayat tersebut, Islâm telah mengajarkan kepada manusia agar memiliki jiwa
wiraswasta dan wirausaha. Banyak hadits nabawi yang mengisyaratkan hal
tersebut. Misalnya:
1. Hadits yang
diriwayatkan oleh al-Bukhari yang menerangkan bahwa sikap hidup yang baik
adalah menikmati hasil jerih payah sendiri:
أَخْبَرَنَا أَبُو
عَمْرومُحَمَّد بْن عَبْد الله الْأَدِيْب أَنَا أَبُوْبَكْراْلإِسْمَاعِيْلِيّ
أَنَا أَبُو يَحْيَى الرُوِيَاني ثَنَا إِبْرَاهِيْم هُوَ ابْن مُوْسَى الْفَرَّاء
ثَنَا عِيْسَى بْن يُوْنُس ثَنَا ثور عَن خَالِد بْن معدان عَن المقدام بْن معد
يكرب أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا أَكَلَ أَحَدٌ مِنْ
بَنِيْ آدَمَ طَعَامًا خَيْرًا لَهُ مِنْ أَنْ يَأْكُلَ مِنْ عَمَلِ يَدِهِ إِنَّ نَبِيَّ اللهِ دَاوُدَ
عَلَيْهِ السلام كَانَ يَأْكُلُ مِنْ كَسْبِ يَدِهِ. (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ عَن
إِبْرَاهِيْم بْن موسى). 11461\ البيهقي في سننه الكبرى ج6/ص127 ح11471
2. Hadits yang diriwayatkan
oleh Imam ibn Hanbal berisi pesan yang sama dengan hadits di atas:
حدثنا عبد الله حدثني أبي
حدثنا أسحق حدثنا محمد بن عمار مؤذن مسجد رسول الله صلى الله عليه وسلم قال سمعت
سعيد المقبري يقول سمعت أبا هريرة يقول قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : ان خير الكسب كسب يدي عامل إذا نصح (ابن حنبل في مسنده ج2/ص358
ح8676)
Hadits-hadits lainnya dapat disebutkan sebagai
berikut:
حدثنا محمد بن المنهال ثنا
يزيد بن زريع ثنا حبيب المعلم عن عمرو بن شعيب عن أبيه عن جده :
أن رجلا أتى
النبي صلى الله عليه
وسلم فقال يا رسول
الله إن لي مالا وولدا وإن والدي يحتاج مالي قال أنت ومالك لوالدك إن أولادكم من
أطيب كسبكم فكلوا من كسب أولادكم ( \3530\ أبي داود في سننه ج3/ص289 ح3530)
عن أبي هريرة قال قال النبي صلى الله عليه وسلم: إذا أنفقت المرأة من كسب زوجها من غير أمره فله نصف
أجره
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لا لا تصم المرأة وبعلها
شاهدٌ إلا بإذنه ولا تأذن في بيته وهو شاهدٌ إلا بإذنه وما أنفقت من كسبه من غير
أمره فإن نصف أجره له (رواه مسلم)
وأخرجه البخاري من حديث شعيب
بن أبي حمزة عن أبي الزناد عن الأعرج عن أبي هريرة أن رسول الله {صلى الله عليه
وسلم} قال لا يحل للمرأة أن تصوم وزوجها شاهدٌ إلا بإذنه ولا تأذن في بيته إلا
بإذنه وما أنفقت من نفقة من غير إذنه فإنه يؤدى إليه شطره . قال البخاري ورواه أبو
الزناد أيضاً عن موسى بن أبي عثمان عن أبيه عن أبي هريرة في الصوم وقال أبو مسعود
وليس بالهندي يعني أن أبا عثمان والد موسى هذا ليس بأبي عثمان الهندي (رواه البخاري)
وقد أخرج البخاري طرفاً من
زيادة مسلم من حديث همام بن منبه عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم :قال لا تصم المرأة وبعلها شاهدٌ
إلا بإذنه لم يزد وجعله أبو مسعود من أفراد البخاري ونسي حديث مسلم الذي ذكرناه
هذا الحديث - والله أعلم - كقوله عليه السلام في الحديث الآخر إذا أنفقت المرأة عن طعام بيتها غير مفسدة ٍ
كان لها أجرها بما أنفقت ولزوجها بما كسب (رواه البخاري)
وللبخاري مثل ذلك وفي حديث
عمير مولى آبي اللحم في صدقته من مال مولاه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: الأجر بينكما نصفان (رواه البخاري)
وفي حديث سعيد بن عمير عن النبي صلى الله عليه وسلم مرسلا أنه سئل : أي كسب الرجل أطيب ؟ قال : عمل
الرجل بيده ، وكل بيع مبرور » وروي ذلك موصولا واختلف في إسناده (رواه البيهقي)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ : الْمُؤْمِنُ الْقَوِيُّ خَيْرٌ مِنَ الْمُؤْمِنِ الضَّعِيفِ وَفِي كُلٍّ خَيْرٌ ، فَاحْرِصْ عَلَى
مَا يَنْفَعُكَ وَلا تَعْجِزْ ، فَإِنْ غَلَبَكَ أَمْرٌ فَقُلْ : قَدَّرَ اللَّهُ وَمَا
شَاءَ اللَّهُ ، وَإِيَّاكَ وَاللَّوَّ ، فَإِنَّ اللَّوَّ تَفْتَحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ.
وفي الحديث: قال النبي: ليس بخيركم من ترك دنياه لآخرته ولا آخرته لدنياه حتى يصيب منهما جميعا فإن الدنيا بلاغ
إلى الآخرة ولا تكونوا كَلاًّ على الناس (رواه الديلمى ، وابن عساكر عن أنس)
Perlu diketahui
bahwa Islam tidak membenarkan ummatnya berprofessi sebagai peminta dan
sebaliknya senantiasa menekankan agar mereka menjadi pemberi. Hal ini dapat diketahui
dari banyaknya ayat yang memerintahkan mengeluarkan zakat dan shadaqah, tetapi
tidak ada ayat yang bernada perintah untuk meminta kecuali dalam hal ilmu dan
pengetahuan sebagaimana tersebut dalam surah an-Nahl ayat 43 dan surah
al-Anbiya` ayat 7:
.... 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès?
(….
Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak
mengetahui).
Sekian, dan semoga
bermanfa’at bagi kita, dan semoga kita menjadi orang yang berjiwa wiraswasta
dan wirausaha dalam arti mampu memberdayakan potensi diri sehingga mampu
mensyukuri nikmat-nikmat Allâh dalam menggapai kesejahteraan di dunia dan kebahagiaan
di akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar