Jumat, 05 Agustus 2011

Seila nyantri ke Jombang?


Menggapai aLAm CITAku
(Catatan Kecil di Perjalanan Baru)
oleh:
Seila


Sebuah perjuangan dalam mengejar ilmu (طلب العلم):
Pada Akhir Juni 2011 aku meninggal kota dan keluargaku menuju kota Jombang. Kota Semarang pun kulewati untuk singgah di terminal Tirtonadi Solo. Pada jam 18.00 Solo pun kutinggalkan. Capek rasanya naik-turun angkot/ len dan bus sejak pagi ketika itu.
Yang lebih mengesalkan lagi manakala mau turun di Jombang pada jam 00.15, ternyata tas yang berisi pakaian ganti selama belajar di Jombang telah diturunkan oleh penumpang lain di +/- 15 km (aku lupa nama tempat itu) seblm kami turun. Akhirnya aku dan ayah turun dari bus dengan membawa pesan dari kondektur bus agar kami segera kembali ke tempat penurunan penumpang tadi (pertigaan) dengan naik ojek untuk menanyakan kepada tukang becak di sana.
Sesampai di tujuan yang dimaksud ayah segera menemui seoerang Tukang Becak yang sedang mangkal. Tukang becak pun akhirnya membawa tukang Ojek ntuk melacak rumah di mana penumpang tadi dibawa tukang ojek. Bersama ayah dan tukang ojek, abang becak pun melacak ke berbagai penjuru desa Pedas di mana dimungkinkan penumpang tadi pulang. ......
Beberapa saat aku ditinggal di depan sebuah Salon yang tutup (tempat mangkal becak dan ojek). Rasa takut dan cemas pun menyelimuti diriku dalam menunggu ayah kembali. Akhirnya pelacakan pun belum menemukan hasil meskipun oleh tukang becak telah memperoleh dugaan bahwa tukang ojeknya adalah seorang Mantan Bakal Calon Kades.
Akhirnya kami melanjutkan perjalan ke pesantren La Raiba dg diantar oleh tukang ojek. Skitar jam 02.30 kami tiba di pesantren. "Berp ongkose, cak?" "Rp 70rb kemawon". "Maturnuwun, njih? Sampun ditolong. ngrepoti"
Akhirnya kami pun bertemu dengan Abah Mahmud (sesepuh pesantren). Omong punya omong, akhirnya kami bercerita pada Abah. Beliau merespon serius. Kami pun dipersilahkan Shalat dan beristirahat. Sebelum tidur, ayah mengajakku berdo'a dan aku pun dimohon memperbanyak bacaan Asma` Allah al-Husna.
Paginya (1 Juli 2011, aku mengawali sejuknya udara pagi kota pesantren, Jomabng) ayah diantarkan Abah dg mobil ayah teman kami di psantren untuk kembali melacak siapa pembawa/ penurun tas saya. Sesampai di tujuan, Abah ditanya oleh seseorang. Abah pun menyampaikan maksudnya. Akhirnya ayah dan Abah diajak ke rumah seorang Bapak yang baik hati (mantan Bakal Calon Ka Des). Tak pernah kubayangkan dan kuimpikan kecuali aku berharap. Tuan Rumah saat menerima kedatangan ayah dan Abah langsung menyatakan: "Ini tas jenengan. Sampun kulo pendet mari subuh saking penumpang ingkang kulo antar kolo dalu. Pripun ceritane, pak?" Ayah pun akhirnya mencerikan kronologi peristiwa Malam Jum'at awal Juli tersebut.....
Setelah menyampaikan ucapan terimakasih sebanyak-banyaknya, dengan perasaan lega bercampur gembira ayah kembali ke pesantren membawa tas yang malang.
Inikah awal perjuangan? Atau sebuah ujian/ pre tes bagiku?
Semoga aku tabah dan mampu menjalani tugas suci ini dengan senantiasa mengharap 'inayah dan hidayah dari Allah ...
والله أعلم بالصواب


1 komentar:

Syakur Mahlail mengatakan...

Pengalaman tak terlupakan dari Rihlah 'Ilmiyyah Seila